Jumat, 28 Oktober 2011

CINTA KERJA DAN PERUSAHAAN

I LOVE MY JOB & THE COMPANY TOO!!!

Dulu uang adalah motivasi seorang karyawan dalam memoles kinerja agar semakin cemerlang. Sekarang tidak lagi. Karen bukan hanya uang saja yang
membakar semangat para karyawan dalam bekerja, bagaimana budaya tempat mereka bekerja turut berpengaruh pula.

Sebagai seorang creative director yang baru saja bergabung pada sebuah advertising agency, Dhea merasa putus asa dengan suasana yang ia dapat di kantornya. General Manager di kantor baru tersebut ternyata selama ini puas jika para anak buah menurut setiap perkataannya, dan cenderung menganak-emaskan
orang-orang yang menuruti pendapatnya yang ujung-ujungnya mendapatkan promosi.


Hal yang berlangsung selama ini membuat hampir seluruh karyawan di kantor tersebut menuruti apa saja yang dikatakan oleh sang General Manager. Budaya argumentasi juga kurang berkembang di perusahaan tersebut. Dhea yang di kantor sebelumnya terkenal kritis pada atasan, merasa kesal melihat karyawan lain yang gemar mengiyakan saja apa kata sang General Manager. Dhea, merasa frustasi dengan suasana kerja seperti itu, yang kemudian jadi mulai merasa malas masuk kantor dan mengundurkan diri. Sang General Manager, yang sebetulnya menganggap hasil kerja Dhea memuaskan, secepatnya langsung menawarkan kenaikan gaji agar Dhea tak jadi hengkang dari perusahaan. Namun ia menolaknya denga alasan, gaji bukan masalah melainkan suasana kerjalah pangkal alasan ia memutuskan resign.

Apa sih BUDAYA PERUSAHAAN itu? Secara mudah budaya perusahaan dapat diartikan sebagai suasana lingkungan kerja, dan cara karyawan berkomunikasi dengan sesama karyawan dan atasan. Jika dalam definisi teoritikalnya, budaya perusahaan merupakan cara seluruh karyawan perusahaan mulai dari tingkat paling atas dan bawah dalam hierarki saling bekerja sama.

Samantha Craigs, Ph.D dalam buku berjudul "Understanding and Assesment" menambahkan, "Budaya perusahaan mungkin efektif dalam situasi tertentu tapi di lain waktu juga dapat tidak efektif. Selain itu, budaya perusahaan pada pemimpin yang "menyetirnya". Jadi atasan memegang peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan yang dapat mendorong motivasi bawahannya". Seperti apa sih BUDAYA PERUSAHAAN yang Ideal? Menurut riset yang dilakukan oleh Craigs, inilah elemen-elemen dalam budaya perusahaan yang memotivasi karyawannya.

1. TUMBUHKAN RASA MEMILIKI
Rasa memiliki tentu akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Rasa memiliki akan muncul jika bawahan merasa mereka memiliki peran penting dalam menentukan masa depan perusahaan.

2. SALING MENGHORMATI
Perlakuan setiap bawahan secara adil dan tunjukkan sikap hormat meskipun mungkin kedudukan mereka dalam tingkat paling bawah dalam struktur organisasi. Cara menunjukkan rasa hormat misalnya dengan menghargai ide-ide bawahan atau dengan tidak memarahi bawahan atas kesalahannya di depan anak buahnya dan rekan-rekan kerja lainnya.

3. BIJAK DALAM MENYIKAPI KESALAHAN DAN HARGAI PRESTASI KESALAHAN SEBAGAI INDIVIDU
Staf bekerja sama dengan staf lain dalam sebuah tim. Tetapi harus diingat bahwa selain sebagai bagian dari tim, karyawan juga melihat diri mereka sebagai individu dengan keberhasilan dan kesalahan masing-masing. Sebagai seorang atasan, biasakan untuk melihat peran setiap individu dalam pekerjaannya bersama timnya dan menilai kinerja seorang staf secara individu agar mereka merasa diperlakukan secara adil.

4. PENGEMBANGAN DIRI
Bawahan ternyat menghargai inisiatif pemimpin yang mendorong mereka untuk mencapai potensi maksimal, karena ini berarti atasan membantu mereka memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, yang juga termasuk dalam salah satu kebutuhan dasar manusia. Karena itu, jangan memandang training, atau pelatihan sebagai biaya, melainkan sebuah investasi jangka panjang. Berikan training secara regular bagi bawahan Anda.

5. JANGAN PELIT PUJIAN
Penghargaan dapat datang dalam berbagai bentuk, misalnya lewat pujian tulus pada karyawan. Sebab hal tersebut merupakan poin penting dalam menciptakan budaya perusahaan yang memotivasi. Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, menurut pakar ekonomi Abraham Maslow adalah ego, yang dapat terpenuhi melalui penghargaan. Mengekspresikan penghargaan sendiri dapat dilakukan dengan sederhana, misalnya menunjukkan rasa bangga atas prestasi bawahan, merayakan kesuksesan bawahan atau mengucapkanterima kasih melalui email pada seluruh anggota tim yang terlibat dalam sebuah proyek yang diselenggarakan dengan baik.

6. ETIKA KERJASAMA
Agak sulit memang menciptakan etika kerjasama sekaligus persaingan yang sehat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberikan contoh pada bawahan. Tunjukkan bahwa perilaku yang "diinginkan" oleh perusahaan adalah sikap tolong menolong dengan mencari solusi bersama ketika masalah datang sebagai bentuk pertolongan, tetapi sekaligus "berlomba" untuk menghasilkan prestasi dengan cara fair. Akan sangat baik jika atasan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi sehingga ia mengetahui jika ada seorang bawahan yang memiliki masalah dalam pekerjaaan dan dengan cepat menawarkan bantuan sebagai bentuk kerjasama. Dengan demikian, bawahan akan merasa didukung oleh atasannya, dan hal ini dapat menumbuhkan motivasi.

7. SARANA YANG MEMADAI
Tersediannya sarana yang memadai ternyata meningkatkan motivasi bawahan Anda. Misalnya, buku-buku untuk referensi bagi karyawan atau komputer yang dapat berfungsi dengan baik. Ingat lah bahwa karyawan juga membutuhkan sarana agar dapat berprestasi dengan baik.

8. MENDUKUNG INOVASI
Inovasi merupaka persyaratan untuk memenangkan bisnis, sementara berpikir kreatif merupakan modal perusahaan dan ciri dari karyawan yang selalu ingin maju.

Jangan matikan kreativitas anak buah karena siapa tahu, dari kreativitas itu datang ide brilian yang menguntungkan perusahaan. Bagaimana cara seorang atasan mendukung inovasi? Seorang pemimpin yang mendukung motivasi terbiasa untuk mengadakan sesi brainstorming dan tidak memberi komentar negatif ketika sebuah ide dilemparkan. Akan lebih baik kalau misalnya tim bersama-sama mendiskusikan ide tersebut. Cobalah melihat dimana kekurangannya dan apa yang dapat dilakukan bersama untuk
memperbaikinya agar dapat diterima oleh para klien. Apakah budaya perusahaan Anda telah mendorong motivasi? Apakah sebagai seorang atasan Anda telah mendorong motivasi dengan menciptakan budaya yang menyenangkan di dalam perusahaan. Jika budaya perusahaan Anda tidka mendukung motivasi, siapkah Anda untuk menciptakan budaya yang lebih baik dan menjadi motor perubahan di perusahaan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar